Perempuan, berbicara mengenai makhluk
yang satu ini tak akan ada habisnya mengupas berbagai perannya, baik di dalam
rumah tangga, keluarga, masyarakat hingga komunitas yang lebih luas. Perempuan,
yang dengan kelembutannya memikul tanggung jawab besar, bahkan partner setianya, kaum laki-laki
seringkali takjub dan acung jempol kepadanya. Tanggung jawab dalam membimbing
serta menjaga putra putrinya, bahu membahu dengan suami dalam menahkodai biduk
mengarungi samudera menghadapi badai dan ombak yang seringkali mengancam
karamnya biduk dalam misinya mencapai pulau keabadian. Dari sini sebenarnya
kepemimpinan perempuan sudah sangat jelas terlihat. Perempuan sebagai pemimpin
dalam keluarga berpartner dengan sang
suami, misalnya dalam pendidikan anak baik itu pendidikan karakter maupun
pendidikan formal yang akan ditempuh anak.
Interaksi perempuan cenderung
lebih intensif terhadap keluarga terutama anak-anaknya, kedekatan emosional
yang membuat perempuan menjadi penganalisis nomor satu dalam menentukan arah kebijakan
di dalam keluarga, salah satu contoh yang utama adalah dalam pendidikan
anak-anaknya. Bagaimana SWOT (Strenght-Weakness-Opportunities-Threats)
yang dimiliki oleh masing-masing anggota keluarga. Apa saja sih potensi si
sulung dan si bungsu, si sulung mungkin kurang baik dalam berkomunikasi/bergaul
namun ia anak yang cerdas dan si bungsu mungkin tidak begitu cerdas namun ia
sangat baik dalam berkomunikasi dengan orang lain, tentunya penerapan pola
pendidikan dan pengasuhan antara keduanya pastilah berbeda. Disinilah poin plus
dari seorang ibu, nilai lebih perempuan, mereka cenderung lebih interaktif,
komunikatif, dan solutif dalam berbagai hal, dengan karunia yang diberikan
Tuhan kepadanya dimana ia lebih ulet, peka, luwes dalam bertindak, berperilaku
serta mengambil kebijakan, bila disandingkan dengan partnernya, kaum laki-laki.
perempuan dan pemimpin |
Keunggulan yang dimiliki oleh
perempuan dalam membangun karakter keluarga dan sebagai pendukung kesuksesan
sang suami, secara alami menular seperti virus, memberi pengaruh pada
lingkungan sekitarnya. Bila perempuan tersebut bekerja, maka akan terbawa di
lingkungan kerjanya, pada saat ia bermasyarakat maka hal tersebut juga akan
terbawa di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya atau di komunitas-komunitas
lain yang mungkin perempuan ikut di dalamnya. Saat ini era telah berubah, tipekepemimpinan oleh perempuan telah menjadi suatu perubahan pola dalam
kepemimpinan, dimana pola pemberian perintah berubah ke pola pendekatan relationship. Sudah bukan waktunya lagi
membedakan kedudukan laki-laki dan perempuan. Impian Kartini nampaknya mulai
menjadi kenyataan, saat ini dan di masa mendatang perempuan tidak hanya menjadi
penunggu rumah, pengurus rumah tangga, akan tetapi perempuan dan laki-laki
saling menguatkan, saling bekerja sama di dalam memajukan dan mensejahterakan
masyarakat dan bangsanya dengan tanpa meninggalkan, tetap menjunjung tinggi
kodratnya sebagai perempuan. Perempuan bagaikan bumi yang menumbuhkan
benih-benih dan menyediakan kemakmuran penuh bagi penghuninya, bagaikan
matahari yang bisa memberikan kehangatan, pancaran bahkan energi, bagaikan samudera
yang penuh ketangguhan, tak surut bila ditimpa tak meluap bila diguyur,
bagaikan bulan yang menghadirkan harmoni, kerukunan dan ketentraman, bagaikan
bintang yang memberi kejelasan arah mata angin dan menegaskan arah perjuangan,
bagaikan udara yang mengisi kekosongan, dan bagaikan air yang senantiasa
memberi ketenangan dan kesejukan yang mengokohkan.
Ingatlah perempuan adalah
tiang negara, bila rapuh tiang tersebut robohlah negara, namun bila kuat tiang
tersebut kokohlah negara!
0 Response to "PEREMPUAN DAN PEMIMPIN"
Posting Komentar