Peduli Itu Milik Siapa ?

Pagi ini saat memasuki ruangan kantor pandanganku terpaut pada sebuah majalah di atas meja. Judul majalahnya PEDULI. Baru membaca bagian awal daftar isinya langsung berniat menulis, mumpung pekerjaan sedang tidak menumpuk banyak, ada waktu senggang untuk menulis sedikit. Berkaca pada pengalaman selama ini bekerja yang masih seujung kuku kata-kata peduli sangatlah berkaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan pekerjaan kita, bahkan dengan keseharian kita. Apakah yang terbersit di benak anda disaat membaca atau melihat kata peduli? Dari beberapa tulisan atau artikel, lebih tepatnya yang saya baca peduli lebih berkesan belas kasih dan itu menurut saya terkesan negatif. Mengapa demikian, karena menurut saya peduli itu adalah sebuah sikap yang didasari oleh rasa cinta. Peduli memang bersifat personal, namun peduli merupakan sesuatu yang dapat mengikat masing-masing person itu. Kekuatan kata peduli itu begitu kuat, saking kuatnya dapat merubah kebencian menjadi rasa cinta, merubah kemarahan menjadi keteduhan dan maaf. 

Satu kasus yang masih hangat di pemberitaan adalah pencabutan gugatan oleh Poempida Hidayatullah (kader partai golkar) terhadap Ical setelah bertemu Ical di RS Mounth Elizabeth Singapura. Ical disana menjenguk Fahmi Idris. Rasa peduli Ical telah menyadarkan Poempida bahwa silaturahim tidak boleh terputus hanya karena membela kepentingan politik semata. Pentingnya arti persahabatan dan politik adalah kepentingan yang tidak boleh memutuskan tali silaturahim.

Kembali kepada majalah PEDULI yang menarik perhatian saya tadi. Majalah PEDULI ini merupakan majalah edisi ketiga tahun pertama untuk Bulan Oktober 2014 ini. Tema yang diambil adalah "Nasib ABK Siapa Yang Peduli". Catatan dari pimred M. Aji Surya sedikit membuka pemikiran kita, saya terutama bahwa ternyata masih banyak yang lebih nestapa selain kisah TKW-TKI yang seringkali muncul di pemberitaan, nestapa ABK ternyata lebih memilukan. Mengutip tulisan pimred, Saudara-saudara kita yang terkumpul dalam sebuah nama ABK, atau anak buah kapal yang bekerja di kapal ikan asing yang tersebar baik di Asia, Eropa, Afrika bahkan sampai Amerika Latin rata-rata mereka hidup dalam keadaan yang kurang beruntung. Mengapa demikian? Bila para TKW diperlakukan tidak manusiawi mereka bisa melarikan diri suatu saat ketika majikannya lengah. Namun para ABK mereka tidak punya tempat berlari, kalaupun mau loncat dari kapal, 90 persen dipastikan akan menjadi santapan ikan di lautan bebas tanpa hukum. Bila TKW di belahan dunia Arab para TKW banyak yang bergaji 200-400 dolar per bulan yang merupakan jumlah yang lumayan meski terhitung tidak banyak. Sedangkan para ABK digaji 150 dolar dimana 50 dolar diantaranya diberikan di geladak kapal sedangkan sisanya ditransfer. Tidak sedikit setelah dua tahun ternyata transferan dari manajemen kapal hanya pepesan kosong. 
Peduli itu milik siapa ?
Peduli itu milik siapa ?

Salah satu pelajaran yang dapat saya ambil disini adalah pentingnya rasa syukur dan peduli itu tadi. Kalau bukan dimulai dari diri kita sendiri dengan lingkungan di sekitar kita dan dimulai saat ini juga akan siapa dan kapan lagi? Mari berkomitmen pada diri kita sendiri lebih dahulu untuk senantiasa peduli. Dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun. Terutama peduli terhadap orang terdekat yang telah membantu kita yang seringkali terlupakan (tanpa bermaksud memilah-milah kepada siapa kita peduli). Seperti pepatah semut di seberang lautan tampak sedangkan gajah di pelupuk mata tak tampak. Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kualitas diri, bagaimana kita memiliki daya saing serta posisi tawar yang tinggi dengan penguasaan ketrampilan yang menjadikan kita memiliki nilai lebih.

Don't be apathetic guys.

0 Response to "Peduli Itu Milik Siapa ?"

Posting Komentar